Jakarta – Kompak mengenakan kemeja serba hitam, jajaran pengurus DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar jumpa pers di Kantor DPP, Jalan Link Alternatif Cvtogel Diponegoro Jakarta, Selasa malam, 24 Desember 2024 lalu. Elite partai banteng moncong putih itu berkumpul untuk menanggapi penetapan tersangka Hasto Kristiyanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sehari jelang Natal, jagat politik nasional dikejutkan dengan penetapan status tersangka terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. KPK meyakini Hasto terlibat dalam kasus suap yang menyeret buronan bernama Harun Masiku.
Pada pertemuan itu, hadir Ketua DPP Bidang Reformasi Hukum, Ronny Tallapesy, Komaruddin Watubun, Deddy Sitorus, hingga Adian Napitupulu.
Dalam kelakarnya, Komarudin menyebut penetapan tersangka Hasto menjadi ‘hadiah’ natal dari lembaga antirasuah untuk PDIP. “KPK ini masalahnya kita lagi sibuk Natalan, ini kita dikasih hadiah dengan Sekjen masuk ditetapkan jadi tersangka,” kelakar Komarudin kepada wartawan.
Penetapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh KPK memunculkan perdebatan di ruang publik. Banyak yang menyebut ini sebagai pukulan beruntun bagi PDIP setelah kasus Harun Masiku yang belum tuntas hingga kini.
Namun, pengamat politik Emrus Sihombing memiliki pandangan berbeda. Ia menilai bahwa situasi ini justru bisa membawa dampak positif bagi partai dan Hasto sendiri.
“Saya kira ini sangat tergantung perspektif. Banyak yang mengatakan PDIP akan terpukul, tapi saya berpendapat sebaliknya. Justru ini bisa menaikkan pamor Hasto Kristiyanto,” ujar Emrus kepada Liputan6.com Jumat (27/12/2024).
Menurut Emrus, sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa tokoh-tokoh yang menghadapi tekanan besar sering kali justru menjadi simbol perjuangan. Ia membandingkan situasi Hasto dengan pengalaman Bung Karno dan Nelson Mandela.
“Bukankah Bung Karno dulu juga menghadapi tekanan dari penjajah karena sikapnya yang no compromise, no cooperation? Ia berjuang untuk kemerdekaan tanpa mau dikendalikan. Hal serupa juga dialami Nelson Mandela, yang tetap teguh pada garis ideologinya meski harus dipenjara,” jelas Emrus.
Dia juga menyoroti keterkaitan kasus Harun Masiku dengan penetapan tersangka Hasto. Ia mempertanyakan proses hukum yang berlangsung lebih dari lima tahun tanpa ada kejelasan terkait Harun Masiku.
“Publik membaca bahwa hingga kini Harun Masiku belum ditangkap. Padahal idealnya, Harun harus ditemukan terlebih dahulu, baru menyusul proses hukum terhadap siapa pun yang terkait. Namun, kita melihat sebaliknya,” ungkapnya.
Emrus optimistis situasi ini dapat berbalik menjadi keuntungan bagi Hasto dan PDIP. Ia memprediksi, jika Hasto menjalani proses hukum dengan tegas, bahkan jika akhirnya dipenjara, ia bisa menjadi simbol perjuangan ideologis.
“Jika nanti Hasto menjalani hukuman, saya melihat ia bisa menjadi seperti Nelson Mandela di masa depan. Ini karena narasi yang berkembang menunjukkan bahwa ia bukan pejabat negara yang menyalahgunakan keuangan negara,” tegas Emrus.
Dalam menghadapi tekanan politik ini, Emrus percaya PDIP tetap memiliki modal kuat untuk bertahan. PDIP, dia menegaskan, adalah partai ideologis dengan sejarah panjang menghadapi gejolak politik.
“Kepemimpinan Megawati dan loyalitas kadernya akan menjadi faktor penting untuk melewati situasi ini,” tegas dia.
Pandangan ini menunjukkan bahwa kasus hukum Hasto Kristiyanto tidak serta-merta menjadi pukulan telak bagi PDIP, melainkan peluang untuk menunjukkan keteguhan ideologi partai dan tokoh-tokohnya.
Ia menilai soliditas internal PDI Perjuangan tetap kokoh meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dalam. Emrus menyebut bahwa kekuatan ideologi dan kepemimpinan Megawati Soekarnoputri menjadi faktor utama yang menjaga stabilitas partai berlambang banteng ini.
“Soliditas itu akan terjaga dengan baik. Ada tiga alasan. Pertama, Megawati masih menjadi tokoh yang dihormati secara keseluruhan. Kedua, mereka punya panutan ideologis, yaitu Bung Karno. Ketiga, kinerja Hasto Kristiyanto sebagai sekjen sangat baik, terbukti tidak ada gejolak internal yang berarti selama kepemimpinannya,” ujar Emrus.
Emrus juga mengapresiasi keberanian PDIP dalam mengambil keputusan berdasarkan ideologi, termasuk memecat kader yang dinilai melanggar. “Lihat saja bagaimana mereka memecat 20 kader, termasuk keluarga Jokowi. Itu menunjukkan keberanian berbasis ideologi. Ini tidak mudah, tetapi mereka mampu menegakkannya,” katanya.
Ia menambahkan, tantangan yang dihadapi Hasto saat ini tidak sebanding dengan apa yang pernah dialami Megawati saat melawan kekuasaan Orde Baru. Hal ini justru bisa menaikkan pamor Hasto dan PDI Perjuangan ke depan.
Terkait pencekalan Yasonna Laoly, Emrus mempertanyakan alasan KPK baru bertindak sekarang. Padahal Yasonna sudah hampir dua periode menjadi menteri.
“Kok baru sekarang dicekal? Kalau memang KPK berbasis kemandirian, kenapa tidak dilakukan sejak lima tahun lalu? Jangan sampai pencekalan ini muncul setelah seseorang tidak lagi punya kekuasaan,” ujarnya.
Meski petingginya terjerat kasus, PDIP disebut memiliki banyak kader ideologis yang mampu melanjutkan kepemimpinan partai. PDI Perjuangan sudah melahirkan pemimpin-pemimpin hebat, termasuk dua presiden, yaitu Megawati dan Jokowi. “Artinya regenerasi di PDI Perjuangan berjalan baik,” ujarnya.
Namun, ia melihat dukungan terhadap Hasto tetap kuat, karena dia dianggap sebagai kader ideologis yang menjadi bagian dari warisan Bung Karno. “PDI Perjuangan tetap akan memberikan dukungan kuat kepada Hasto. Dia adalah kader ideologis partai dan anak ideologis Bung Karno,” pungkas Emrus.
Sumber : Workhustlers.com